Pendek-pendek, 16 lagu kelar hanya dalam 40 menit, hantam kromo tanpa basa-basi dari menit ke-nol, straight to the point, menggabungkan sensibilitas britpop dengan agresivitas postpunk, lirik secukupnya tanpa perlu banyak mengulang reff, atau dalam istilah si frontman Justine Frischmann, “If you want to hear the chorus again, REWIND IT.” Brengsek. Attitude slenge’an Justine dkk yang juga cool secara fashion itu banyak mengilhami cewek-cewek remaja berhati resah di jamannya (setidaknya yang seumuran saya waktu itu, usia 15-16 tahun ketika album ini keluar) untuk berontak dari aturan rumah dengan mulai menggunting asimetris rambutnya, bolos les Matematika sambil sembunyi-sembunyi belajar gitar 3-kord, berharap nantinya mengagetkan banyak cowok di panggung pensi sekolah. Damon Albarn menyumbang isian keyboard di 3 lagu [#bantupacar], sementara Brett Anderson menyumbang co-writing di 1 lagu [#ingetmantan]. Satu-satunya amal ibadah Anderson di situ, “See That Animal”, adalah justru sekaligus nomor terkuat di album ini, dengan selipan melodi padang pasir yang repetitif, dentuman bass yang disetel kendor, dan efisiensi punk. Bertenaga! Beruntunglah konsumen pressing kaset Indonesia, karena beberapa edisi CD impornya entah kenapa malah tidak menyertakan lagu tersebut. Gara-gara nggak ada lyrics sheet di kasetnya, pertama kali dengar nggak langsung ngeh kalau hampir semua liriknya ternyata soal selangkangan. Favorit saya “Vaseline” (tentang pakai lotion supaya ehm you know lah), “2:1” (yeah dua lawan satu) dan “Car Song” (apalagi kalau bukan mobil goyang?). Tentu saja Wire dan The Stranglers sama-sama kesal, eh kzl, gara-gara beberapa part di lagu “Connection” terdengar mirip “Three Girls Rhumba” (memang persis) sementara “Waking Up” mirip “No More Heroes”, dan tuduhan plagiarism serius itu sampai menyeret Elastica ke meja hijau segala. Tapi bukankah “talent borrows, genius steals”? Haha. Maret nanti album ini genap berusia 20 tahun. Gosh, twenty fahkkin years! Pop punk tak pernah terdengar seseksi ini.
* * *