Jauh sebelum Kasino Warkop DKI dan Sule dkk membawakan cover version-nya, Oslan Husein pertama kali menyanyikan lagu “Andetja-Andetji” ciptaannya sendiri (diiringi oleh orkes pimpinan Jack Lemmers) di film Kasih Tak Sampai (1961). Film yang disutradarai Turino Djunaidy tersebut dibintangi oleh penyanyi Upit Sarimanah, yang berperan sebagai seorang pembantu bernama Iyem, sementara tokoh anaknya diperankan oleh Rima Melati yang saat itu masih berusia duapuluhan. Turut bermain pula di film itu, long time collaborator-nya Oslan, yakni seorang pria keturunan Yaman bernama Alwi. Di lagu berdurasi singkat (kurang dari dua setengah menit) yang sangat dipengaruhi gaya calypso cha cha cha dengan oplosan kearifan lokal ini Oslan menuliskan lirik bergaya pantun jenaka khas Melayu lama, dengan pola berulang antara baris sampiran dan baris isi, dengan rima a/b/a/b. Beberapa diksi tidak bisa saya tangkap artinya (bahkan judulnya!), entah itu dialek daerah tertentu atau hanya sekadar lingua poetica untuk mengejar keterpenuhan suku kata dan juga rima. Warkop DKI bolehlah membuatnya jadi terdengar lucu (atau konyol, tergantung selera humor Anda) dalam aransemen Jockie Surjoprajogo di film Mana Tahan (1979), sementara Sule dan geng Opera Van Java-nya mungkin bermaksud menjadikannya epik dengan sound dan gaya becanda kekinian, tapi pada versi asli dari Oslan-lah segala potensi kejenakaan itu terasa subtil. Logat khas Oslan yang cool sekaligus menggemaskan, juga aransemen elegan dari Jack Lemmers, berhasil menakar lagu ini dengan pas. Nggak lebih, nggak kurang. Baris terakhirnya berbunyi, “…bukan djeruk (renana?) sembarang djeruk/ djeruk berasal (renana?) dari lah Bali/ ..bukan ngantuk (renana?) sembarang ngantuk/ ngantuk lantaran (renana?) nga’ dapat kopi…”
Andetja Andetji
Leave a reply