Allmusic vs. Pitchfork

Suatu siang di pelataran kampus sekitar akhir 1998 atau awal 1999, dari seorang kawan seangkatan satu jurusan bernama Ali saya pertama kali mendengar nama Allmusic.com. “Lu pasti suka, Bud. Ada pohon silsilah genre dan sejarahnya gitu. Juga review-review album.” Saya ingat, sehabis makan di Kantin Salman saya langsung melesat ke warnet terdekat dari kampus, namanya Comet, mengecek situs web tersebut. Info-info musik dari situ—yang memang lebih mutakhir, lengkap, deras dan luas pilihannya ketimbang majalah-majalah musik bekas yang biasa saya beli di Cikapundung—sangat berguna bagi rutinitas saya ketika itu setiap hari Jumat: memilih-milih kaset bekas di pasar kaget di trotoar mesjid depan kampus. Bermula dari browsing-browsing (dulu dikenal juga dengan istilah ‘surfing’) di warnet Comet terutama Allmusic.com di sekitar 1999 itulah saya kemudian nyasar ke situs web bernama Pitchfork. Ulasan-ulasannya terasa menarik saat itu, meskipun terkadang (dan lama kelamaan makin sering) saya nggak sepakat. Salah satunya, ulasan gegabah atas album biasa-biasa aja dari band asal Amerika bernama Walt Mink. Di album rilisan 1996 ini, yang kaset versi lisensi lokalnya saya temukan dengan harga miring di pasar kaget tadi itu, Walt Mink memainkan alt-rock/power pop nanggung yang nggak jelas maunya ke mana, dan Pitchfork malah memberinya ponten maksimal yang pernah ada: 10.0/10! (Itu adalah 10.0 awal-awal Pitchfork, jika bukan malah yang pertama, sebelum Kid A, Yankee Hotel Foxtrot, dsb.) Resensi bombastis itu ditulis sendiri oleh Ryan Schrieber, si pendiri Pitchfork. Kening saya berkerut tak percaya dengan apa yang saya baca di monitor komputer warnet saat itu, sementara saya malah baru saja membuang kaset El Producto itu dari walkman saking keselnya. Beberapa tahun setelah kejadian di warnet itu, ketika Pitchfork mulai beken dan sedikit banyak menjadi barometer musik sejumlah kalangan, situsweb itu seperti menyadari ‘kesalahan’ mereka, lalu menghapus review tersebut. Tapi internet tentu saja masih merekam jejak digitalnya. Atas nama nostalgia, saya membeli lagi kaset itu dari lapak online beberapa hari lalu. Oya, apa pendapat Allmusic.com atas album ini? “Strictly saccharine.” Hahaha.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *