Sebagai anak SD penggemar berat film-film action yang diputar di bioskop kelas kambing di dekat rumah, saya dulu punya keyakinan kuat: bahwa berdasarkan kemiripan tipe wajah, Advent Bangun adalah Schwarzenegger-nya Indonesia, dan maka dari itu, di area yang sama, Barry Prima adalah Stallone. Rasanya kok masih masuk-masuk saja jika mereka mau bertukar peran. Bayangkan Advent Bangun sebagai Conan the Barbarian, sementara Schwarzenegger menjadi si Macan Wulung di film Pendekar Bukit Tengkorak. Begitu pula Barry Prima, dia bisa naik ring sebagai Rocky atau masuk hutan menjadi Rambo, sementara Stallone bolehlah berpose gigit pedang a la Jaka Sembung, menggasak si Bergola Ijo sambil sesekali menenteng Golok Setan. Lebih seru lagi jika Nya’ Abbas Akup dan/atau John Waters berkenan duduk di bangku sutradara/penulis skenario, dan untuk menentukan siapa yang harus menggarap apa, mereka bisa hompimpah. Mungkin hasilnya bakal semacam film eksperimental kelas B yang gagal di pasaran tapi dipuja-puja di forum, atau film berselera humor ganjil yang kelak jadi cult di kalangan mas-mas loser. Bung Arnold dan Bung Sly konon kurang akur di masa kejayaan mereka pada era 1980an, bahkan mungkin ada semacam persaingan terselubung. Baru puluhan tahun kemudian, setelah sama-sama uzur dan redup karier layar lebarnya, mereka mau berakting di depan kamera yang sama, di film konyol yang sebetulnya hanyalah karikatur menyedihkan dari sosok mereka, The Expendables 2. Sementara itu hubungan profesional Bung Advent dan Bung Barry rasanya baik-baik saja sejak awal berkarir, malah keduanya kerap bermain di film yang sama. Biasanya Bung Barry adalah jagoannya, Bung Advent jadi penjahatnya (atau paling banter, sidekick-nya). Ada satu film kolaborasi mereka yang judulnya ngeri-ngeri sedap: Komando Samber Nyawa (1985). Tentu saja itu dicomot dari Pangeran Sambernyawa, sosok legendaris Mangkunegaran yang disegani VOC, hanya saja setting film perang tersebut dibuat lompat jauh ke depan, ke era sekitar revolusi kemerdekaan melawan Belanda. Lucunya, di tahun yang sama, Schwarzenegger membintangi film berjudul mirip, Commando. Bahkan adegan pembukanya tak jauh berbeda: yang satu memakai mobil meledak, satunya lagi kapal meledak. Mengingat tak ada data resmi yang memadai soal kapan tepatnya tanggal/bulan rilis film Komando Samber Nyawa (ah, tipikal Indonesia!), sedangkan Commando sendiri mulai beredar bulan Oktober alias baru menjelang akhir tahun 1985, saya malah jadi ragu-ragu Icuk, sebenarnya siapa yang mencontek siapa? Atau jangan-jangan othak-athik gathuk saya ini kebablasan. Jangan-jangan segala kemiripan itu hanya kebetulan belaka, 100% ulah Sang Maha Iseng yang ketawa-tawa di atas sana! Beberapa hari lalu, dari sebuah lapak barang bekas saya membawa pulang dua kaset. Dua-duanya kaset musik isi soundtrack, yakni film Terminator 2 dan film Cobra. Alasan membelinya, bukan lantaran ada lagu Guns N’ Roses di situ (itu kaset single mereka, btw), bukan juga pengen mendengarkan lagi duet Gladys Knight dan Bill Medley; melainkan murni gara-gara keyakinan masa kecil soal tuker-tukeran wajah tadi itu kembali menyeruak. Menatap cover kasetnya, di benak saya langsung terbayang Advent Bangun berjaket kulit dan mendengus, “..I’LL BE BACK..” lalu ngebut di atas motor gede sambil terus menghajar T-1000 yang nggak mati-mati; sementara Barry Prima… aih, kece betul doi dengan kacamata riben, kaos mrecet, bersarung tangan dan mengacungkan bedil.
Mas bud “ragu ragu Icuk” itu padanannya apa ya?
>>> Di lapangan Icuk Sugiarto sering ragu-ragu dalam mengantisipasi bola-bola sulit, dari situ muncul istilah tersebut. [BW]