Terlepas dari desain sampulnya yang terlihat norak, album ini bagi saya justru salah satu yang terbaik dari awal-awal dekade 2000an, yang cukup underrated dan tentu tidak setenar Kid A atau The Sophtware Slump meski dirilis di waktu hampir bersamaan. The Cubby Creatures bertumbuh di sebuah kolektif seni di San Francisco dan terdengar seperti versi lembut dari sarekat The Elephant 6 yang dicekoki terlalu banyak The Kinks dan The Velvet Underground. Mereka memakai biola dan klarinet yang membuat musik mereka tak terdengar seperti kebanyakan unit indie rock ’90an yang cenderung agresif dan punya kecintaan berlebih pada distorsi gitar. Kadar lo-fi psychedelia mereka bahkan terasa gemulai dan sangat jauh dari kesan macho, tapi bukankah awal 2000an memang seperti babak baru yang tak tertebak dan karenanya justru seru untuk memikirkan ulang hal-hal? Setelah track pembuka berisi derau mantra, di lagu kedua mereka bernyanyi tentang tema paling populer saat itu, “…somebody said it’s gonna crash/ when Y2K comes/ you’ll lose all your cash…”, namun ada juga kepasrahan tentang hari akhir yang sekaligus disiasati lewat humor, “you call it fatal condition/ I call it photo opportunity…”, lirik jenius yang ditulis jauh sebelum social media dan smartphones berkamera selfie. Milenium baru, terlebih bagi kita yang waktu itu baru saja mengalami euforia pasca 1998 sebagai pintu masuk ke era entah apa, memang datang dengan segala perasaan aneh melingkupinya: seperti kecemasan apakah komputer bakal ambyar disikat millennium bug, dan kenapa biaya semesteran di ITB melonjak jadi di atas sejuta rupiah jika sebelumnya bahkan kurang dari setengahnya? Kemeja flanel lusuh di kampus perlahan mulai digantikan oleh baju adek yang kinyis-kinyis dan hipster yang waktu itu masih berarti celana, dimana para etalase berjalan itu tampak lebih kinclong dengan hasrat sporty dan kecentilan yang ganjil, diiringi beat-beat ceria dari sampling yang membuat canggung para veteran rock alternatif. Para pesolek tak lagi tampil malu-malu dan jika dekade ’90an penuh dengan amarah dan gelegak, maka bagaimana kalau di dekade baru ini kita kembali saja pada keriaan flower generation yang kenes dan lebih rileks, toh kita bisa tetap menggerutu sembari teler dengan gairah membuncah atas nama.. errr, artsy-fartsy? Lalu kita bisa terus berfantasi tentang alien dan teori konspirasi. Saya hanya perlu memasang CD ini di mobil jika kebetulan pengen mengenang kembali masa-masa menggelikan dekade 2000s itu sambil senyum-senyum sendiri, melewati jalanan-jalanan nostalgia di kota kembang yang muram oleh gerimis hujan. Album ini adalah bukti sahih betapa mahakarya abadi The Beatles dan The Beach Boys dari 1967 masih akan terus menghantui umat manusia hingga tiga, empat, lima, dekade berikutnya, “..until the day comes/ until the night comes/ until the quake comes..” Dengan kata lain, sampai nanti kiamat datang. The blessed invention indeed.
_______