Saya ingat Margot Kidder dari film Superman IV (1987) yang saya tonton di bioskop dekat rumah waktu SD, dimana si Manusia Baja harus kepayahan melawan si Manusia Nuklir; sementara Margono alias Gogon pastinya saya ingat dari gaya berdiri ‘sedhakep’-nya yang khas dan bikin gemes pengen njenggit jambulnya. Kumis Gogon tentu saja diilhami dari kumis ‘sapu ijuk’ Chaplin, yang memang menginspirasi banyak pelawak di Indonesia termasuk rekan-rekannya di Srimulat seperti Asmuni, Timbul, dan Betet (bahkan Basuki, Tarsan, Triman, Kadir, Pak Bendot saat muda pun pernah berkumis serupa saat perform di atas panggung), dan pelawak di kelompok lain seperti Jojon dari Jayakarta Group. Namun berbeda dari kolega-koleganya, Gogon dari awal kariernya di Srimulat seperti memang diplot menjadi epigon Chaplin yang bukan sekadar kumis melainkan juga berjas sempit dan bercelana gombrang, topi mungil dan bertongkat. Dari foto-foto arsip di buku Teguh Srimulat: Berpacu dalam Komedi dan Melodi (Herry Gendut Janarto, 1990), salah satu foto bahkan diberi caption “Margono si Charlie Chaplin Srimulat”. Buku ini cukup penting menurut saya, karena itu satu-satunya buku yang saya tahu pernah memuat foto Bandempo si pelawak kawakan Srimulat Surabaya (itu pun saat beliau meninggal dunia, dokumentasi dari majalah Jakarta-Jakarta), yang kemudian namanya ‘dipinjam’ oleh band indie IKJ di era awal 2000an. Di buku yang sama ada pula foto Margono sedang tampil berkostum Chaplin di atas panggung.. dimana ada poster Chaplin tergantung di dinding set-nya! (Perhatikan foto penghujung di akhir tulisan ini) Postur tubuh Margono yang kecil dan kurus memang sangat mendukung untuk bisa meniru plek-plekan sosok Chaplin, si komedian legendaris dunia yang menjadi kesukaan bosnya, Teguh Srimulat, selain Harold Llyod itu (sedikit intermezzo: saya dulu menemukan reel film-film 8mm Harold Lloyd dari sebuah lapak barang loak.. di Purwokerto!). Rambut Margono muda sebetulnya ikal agak keriting, baru belakangan dia akhirnya menjadikan kepala plontos berjambul sebagai signature-nya. Dan jangan lupa legacy terpenting Margono untuk scene indie lokal (terutama musik, meski sebetulnya mula-mula dipakai oleh sebuah forum gosip online di sebuah kanal situs berita), bahwa nickname-nya sering dipakai sebagai kode saat kita bergunjing penuh kepo, membicarakan desas-desus bawah tanah yang seru yakni ‘gogon’ alias ‘gosip underground’. Sugeng tindak, Pak!
* Semua foto dipinjam dari buku Teguh Srimulat: Berpacu dalam Komedi dan Melodi (Herry Gendut Janarto, Gramedia, 1990).