Sambil deg-degan menunggu hasil final All England beberapa waktu lalu yang ternyata tidak tertangkap oleh pesawat televisi di rumah dan alhasil bikin nyengir, saya malah jadi teringat sesuatu. Selain lagu “Badminton” yang dinyanyikan Benyamin S., ada lagu lain yang juga bercerita soal olahraga tepok bulu paling populer di Indonesia ini, yakni “Bulu Tangkis”, dinyanyikan D’Bodor’s feat. Eddy Sud di plat 12″ berjudul Nonton T.V (tahun rilis persisnya tidak diketahui, bisa jadi awal 1980-an). Menurut saya lagu “Bulu Tangkis” lebih lucu ketimbang “Badminton”. Ada permainan kata-kata seperti “bulu tangkis/ bulu dipukul dan ditangkis” diulang berkali-kali, termasuk segala rupa variasinya—dengan tetap mengejar rima tentunya—seperti “main bulu tapi bukan bulu kumis”, “bulu ayam dicabutin sampai abis”, “lapangan digaris-garis”, “napas abis, Senin-Kamis!”. Perkara rhyming tentu saja orang Indonesia jagonya, mungkin karena kita punya tradisi pantun jenaka, yang kadar lucunya seringkali malah jadi mengharukan. Ada lirik-lirik berbau kebanggaan khas orang-orang kita, dalam bentuk sahut-sahutan alias tanya jawab: “Bagaimana regu kita di All England?/ Bukan khayalan, Indonesia paling jempolan,” dilanjutkan “Bagaimana prestasi di Thomas Cup?/ Bukanlah ngecap, Indonesia paling cakap!” Seolah itu semua belum cukup, lirik berikutnya diisi pesan-pesan dan harapan ke depan (lawasss), untuk lini Srikandi kita yang dirasa masih lemah, “Bagaimana sekarang dengan Uber Cup?/ Biar masih diuber nanti pasti tertangkap..” Terberkatilah kosakata bahasa Indonesia yang memungkinkan permainan kata bermakna ganda itu, Betty Uber dan “uber” sebagai kata kerja! Yang juga seru, dan ini tidak ada di lagu Benyamin, adalah penyelipan istilah-istilah teknis di lapangan, lagi-lagi lewat rima, “Bagaimana kalau menerima servis?/ Pasang kuda-kuda, mata tegang muka meringis!”; “Coba terangkan kalau pukulan dropshot?/ Membikin lawan mati langkah, kaki ngelosot!”, “Smash kampiun minta ampun!”; “Sama kuat sama liat/ jadi long set napas macet!” Mereka juga menyinggung soal regenerasi pemain, “Bagaimana kalau old crack gantung raket?/ Pemain muda siap sedia membuka jaket!” Istilah ‘old crack’ pernah saya temui di artikel majalah Intisari tahun 1967 yang memang membahas pebulutangkis generasi tua seperti Ferry Souneville dan Tan Joe Hok. Oya, jangan lupa simak juga komposisi terkuat di plat ini, yakni track seru yang menjadi judul album, “Nonton T.V”.
Sudah harap2 cemas apakah lagunya diunggah di sini, ternyata tidak. Kecewa kuadrat, tuan.. :’))
Kalau nanti sudah jadi file MP3 pasti saya unggah 🙂
*ngetem di Lomyung*
Sambil nunggu ayo mlaku-mlaku bareng Lik Kamdi :’))
Wah wedi njegur segoro :)))))
Please udah bertahun2 nyari lagu tema bulu tangkis penyanyinya cowok era 90an. Judul lupa penggalan liriknya bgn “bulu bulu tangkis awal jumpa kita…” cari di google youtube ga ketemu please bahas dong klu tahu.. penyanyinya aja dah pak…
Awal kita berjumpa,tanpa disengaja..
Saat nonton bulu tangkis,,
Kau duduk diseberang ku,bertepuk tangan,,
Mata kita saling beradu pandang..
Disaat bola jatuh,hati kita pun jatuh
Menyentuh garis di sudut hatiku,,
Terpukul raket cintaku,,ku tak berdaya..ada rasa yg membara di dada..
Reff…kau smash aku…
Dengan senyum mu,,ku tersangkut dijala2 cintamu…dst
Jala jala cinta
Wahyu whl
Penyanyi nya mas2 gitu, gak terkenal. Sering tayang di RCTI. Inspirasinya kayaknya waktu Susi dan Alan B nikah..gak ada jejak digitalnya si mas penyanyi.. Misterius..