Meski bukan pendengar khusyuk Peterpan, saya punya kenangan tersendiri dengan sebuah lagu di salah satu album mereka. Tahun 2003, setelah drop-out dari kampus, saya luntang-lantung tanpa pekerjaan dan kesibukan yang berarti. Bersama beberapa kawan dan seorang mentor, kami mulai iseng menjajal peruntungan dengan coba-coba menawarkan skrip lawak ke beberapa stasiun TV swasta nasional, dan hampir semuanya ditolak. Di tengah sesi-sesi begadang panjang demi mencari formula paling pas untuk naskah (dan jatidiri, asekk), seorang kawan seperjuangan, sebut saja namanya si Fulan, datang ke markas membawa sebungkus gorengan dan kaset baru, “Ada band baru nih, mirip Sheila on 7 tapi sedikit lebih macho!” Itu album pertama Peterpan, Taman Langit. Tak ada dari kami yang terlalu peduli. Namun si Fulan ini rupanya langsung ngefans dan menyetel kaset itu terus-terusan hingga beberapa kali kami harus menegurnya (sampai pada titik kami terpaksa mencekik lehernya). Setahun kemudian, 2004, akhirnya datanglah job pertama kami: menulis skrip lawak untuk sebuah acara baru di televisi, semacam komedi variety show yang kurang lebih terilhami oleh Saturday Night Live di Amrik sono. Kebetulan pada waktu yang kurang lebih berbarengan, album kedua dari band tersebut, berjudul Bintang Di Surga, baru mulai beredar di pasaran. Tentu saja si Fulan adalah orang pertama—dan mungkin satu-satunya—dari geng kami yang membelinya. Hits “Ada Apa Denganmu” langsung meledak seketika. Seingat saya fenomena mengunduh ringtone ponsel sedang merebak saat itu (ketik bla bla bla spasi bla bla bla SMS ke bla bla bla), dan intro catchy dari lagu itu—mirip gitar ritem di awal lagu “Am I Wry? No” dari Mew—memang cocok dijadikan nada panggil. Videoklip-nya sendiri cukup memorable dengan adegan sepasang sejoli bertengkar di tengah hujan (buatan) tanpa sebab musabab yang jelas, dan beberapa adegannya memakai teknik reverse scene. Tatapan sendu-sendu sedap si Ariel dengan kaos kutung dan tas pinggang (atau tas paha?) jelas mengilhami jutaan mas-mas di pelosok negeri. Suatu hari datang kabar dari tim produksi ke tim penulis, “Kalian tahu Peterpan? Lagu terbaru mereka “Ada Apa Denganmu” bakal mereka bawakan secara live untuk pertama kalinya di televisi, dan.. tebak dong, yak benar.. itu di acara kita!!!” Rasanya tak ada dari kami yang terlalu antusias menanggapinya, kecuali si Fulan tentunya. Dia langsung teriak kegirangan, mengepalkan “yes!” berkali-kali, sambil salto ke udara di segala penjuru, heboh sendiri, dan lagi-lagi kami harus mencekik lehernya. Saya bisa bayangkan di hari syuting dia menyelinap masuk ke barisan kursi penonton, duduk manis paling depan, dan ikut sing along sambil berlinang airmata. Melalui album ini Peterpan berhasil masuk serikat eksklusif ‘band sejuta kopi’, and the rest is history. Astaga, 2004 itu sudah sepuluh tahun yang lalu. Kini tiap kali mendapati kasetnya di tukang loak, atau mendengar lagu “Ada Apa Denganmu” tiba-tiba diputar oleh sopir angkot, saya selalu ingat si Fulan. Semoga kesehatan dan kebahagiaan selalu menaunginya.
[PS. Beberapa bagian sengaja dilebih-lebihkan demi bumbu cerita. Peace, bro Fulan!]
* * *
OFFICIAL VIDEO:
Tempo hari ((KINYIS-KINYIS))) sekarang (((GINUK-GINUK)))
Haha, demi (((daya gedor))) yg lebih nonjok!