Orkes Kinantan

Logika theme song di sinema, yakni satu lagu khas atau serangkaian melodi berulang yang jadi signature sebuah film, sudah diterapkan di Harimau Tjampa (sutradara D. Djajakusuma, 1953), dimana satu lagu berbahasa Minang di opening credits diulang-ulang beberapa kali bahkan tanpa variasi alias persis plek-plekan di adegan-adegan berikutnya. Musik di situ, arahan G.R.W. Sinsu alias Tjok Sinsoe, dimainkan oleh Orkes Kinantan dan menarik perhatian juri di Festival Film Asia pada era itu sampai dinobatkan sebagai ilustrasi musik terbaik di ajang tersebut. Orkes Kinantan bubar 1957, salah satu pecahannya kemudian membentuk band Irama Cubana Teruna Ria yang antara lain beranggotakan Zaenal Arifin pada gitar, Mus D.S. dan Oslan Husein pada vokal. Pemimpin Orkes Kinantan, Cassim Abbas, adalah seniman serbabisa yang belakangan lebih menekuni film editing (di Harimau Tjampa namanya malah tercatat sebagai ‘pembantu montage’) bahkan sampai dapet Piala Citra di Rio Anakku (1973) dan Perawan Desa (1978); dua film yang sama-sama bikin saya ketakutan nonton di TVRI dulu waktu kecil karena ada kebutaan dan pemerkosaan. Harimau Tjampa baru saya tonton sekitar 18 tahun lalu di RCTI/SCTV, saya agak kurang menikmati terutama akting para pemerannya (salah satunya ada juara silat di PON II 1951), tapi musik yang sebetulnya cuma sedikit porsinya di situ memang menarik. Di adegan pesta di rumah Datuk Langit ada orkes bermain live music, instrumen utamanya organ harmonium dan biola, tapi sayangnya unggahan di YouTube scene itu malah terpotong dan kebuang! Terus terang tak terpikir oleh saya Orkes Kinantan sempat rekaman dan merilis plat gramofon karena toh mereka bubar dan membuka jalan bagi orkes-orkes Minang modern legendaris seperti Teruna Ria dan juga Gumarang. Tempo hari ketika pelapak langganan saya di Jakarta kirim-kirim foto beberapa barang dagangannya dan saya lihat ada satu ini terselip di antaranya, susah buat saya untuk tetap tenang. Buru-buru saya bereskan transaksi dan langsung pesan tiket sepur dari St. Hall ke Gambir untuk menjemput sendiri barangnya, tapi lagu “Gadih Minang” rupanya terlalu slow dan menye-menye bagi saya. Untunglah “Kaparinjo” di sisi sebaliknya, konon akar katanya dari bahasa Portugis ‘cafrinho’, adalah versi terbaik yang pernah saya dengar dari lagu rakyat Minang itu. Yeah!

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *