Pada tahun 1977, dengan spirit yang tak kalah punk dibanding scene musik saat itu, NASA meluncurkan Voyager Golden Record, plat gramofon berbahan tembaga lapis emas dengan kecepatan putar tak lazim (16⅔ rpm), dikirim ke luar angkasa dengan misi mulia: membawa pesan untuk peradaban extraterrestrial. Ya, siapa tahu ada alien sedang digging-digging cantik di basement Bima Sakti Square lalu mendapati plat ini melayang-layang tak bertuan, mint condition pula, sikaat.. jadi dari situ mereka bisa tahu suara-suara di Bumi itu kayak apa. Isi tracklist-nya bermacam-macam, ada beragam ucapan salam berbagai bahasa, termasuk Bahasa Indonesia, yang kebagian durasi enam detik yaitu: “..Selamat malam hadirin sekalian, selamat berpisah dan sampai bertemu lagi di lain waktu..” Di bagian lainnya, ada juga musik-musik seluruh penjuru dunia, mulai dari nomor klasik Bach dan Mozart, “Johnny B. Goode”-nya Chuck Berry sebagai perwakilan rock ‘n roll, hingga musik tradisional Peru, India, Jepang, perkusi Afrika, dsb. Menariknya, label EMI menolak mengizinkan lagu “Here Comes The Sun”-nya The Beatles turut dimasukkan, padahal The Fab Four sendiri sudah mau dan pas banget pula judulnya. Lebih menarik lagi, Profesor Carl Sagan dari Cornell University, kepala proyek ini, memilih satu nomor gamelan Jawa favoritnya untuk diikutkan: “Ketawang Puspawarna”. Komposisi karya Pangeran Mangkunegara IV (1853-1881) dari Surakarta ini dimainkan oleh gamelan pimpinan K.R.T. Wasitodipuro di pendopo Pura Pakualaman (Jogjakarta, 1971) yang direkam oleh Robert E. Brown, etnomusikolog Amerika, lalu dirilis label Nonesuch Records di piringan hitam vinyl 12″ yang bisa Anda saksikan kenampakannya pada foto di atas. Prof Sagan memilih versi itu, yang memang indah nan megah, tapi sekaligus magis dan mistis, semacam perpaduan aduhai antara gamelan plus duet vokal pesinden perempuan Niken Larasati dan Nyi Tasri menimpali ensemble vokal para gerong (male chorus), bersahut-sahutan di ritual menyambut kedatangan raja. Puspawarna alias “kinds of flowers”, macem-macem kembang, jelas cocok untuk tema kompilasi aneka suara planet. Pada tahun 1991, Elektra me-reissue album Javanese Court Gamelan dalam versi kaset, yang juga tampak di foto di atas. Bayangkan, tahun 1971 label Elektra merilis album pamungkas The Doors, L.A. Woman, dan 20 tahun kemudian mereka malah merilis ulang album gamelan Jawa! Sama psychedelic-nya sih, if you know what I mean. Haha. Kabar baiknya, menyambut 40 tahun usia Voyager Golden Record itu tahun depan, the greatest album in the universe itu bakal dirilis ulang lewat mekanisme crowdfunding kickstarter.com ke dalam format piringan hitam biasa yang lebih user friendly. Yo’i, format yang user friendly buat manusia lho ya. Kecuali jika sampeyan ternyata alien dari dulu. Krrkkkk… Krrkkkk….!!!
Gamelan untuk Ndoro Alien
Leave a reply