Peluk Mlebu Mripat

Lagu “Smoke Gets in Your Eyes” (1933) muncul di akhir novel The Catcher in the Rye (1951), diperdengarkan di sebuah komidi putar yang didatangi Holden dan Phoebe setelah dari kebun binatang, “It was playing it very jazzy and funny.” Versi bahasa Indonesia terbitan Banana (2005) menerjemahkan bagian itu menjadi “lagu itu sangat nge-jazz dan kedengaran aneh”, sementara di salah satu buku versi terjemahan bahasa Jerman (yang saya punya edisi 1956), “aber sehr auf Jazz und komisch.” Saya tidak tahu apakah judul lagu itu ada hubungannya dengan lirik “lah asap api masuk ke mata” di lagu lawas Maluku “Sarinande”. Versi tertua “Sarinande” yang pernah saya dengarkan adalah versi dekade 1950an dari The Amboina Serenaders. Tapi dari katalog Odeon yang pernah saya telusuri, dari tahun 1929 sudah muncul lagu berjudul “Sarinande” dari Miss Siegers, diiringi Molukken-orkest Jong Ambon. Saya belum pernah dengar versi Miss Siegers jadi saya tidak bisa memastikan apakah kalimat “lah asap api masuk di mata” sudah ada sejak awal atau baru belakangan. Lirik di “Sarinande” lebih ke makna denotatif, anak menangis sebab matanya bengkak kemasukan asap; sementara di “Smoke Gets in Your Eyes” lebih konotatif nggak sih, “when a lovely flame dies, smoke gets in your eyes…” Saya paling suka versi Irene Dunne (1935) dan malah kurang suka The Platters. Bagi saya lagu ini salah satu lagu paling indah yang pernah saya dengar selama saya hidup. Menariknya, lagu “Smoke Gets in Your Eyes” yang memunculkan banyak versi itu ternyata pernah dibawakan bahkan direkam oleh Miss Shoolbred and the Hawaiian Synchopators, kelompok musik bentukan Sinsoe bersaudara pada dekade 1930an, dengan Tjoh Sinsoe (kadang dieja Tjok Sinsoe) si pemain bass, sebagai leadernya. Tjoh ini yang kelak menata musik untuk film-film seperti Krisis (1953) dan Lewat Djam Malam (1954). Kapan persisnya plat shellac 78rpm dari His Master’s Voice itu dirilis saya belum ketahui pasti, tapi saya yakin itu setelah tahun 1937. Saya menemukan poster reklamenya, sudah agak lapuk dan sobek di beberapa sisi, tanpa ada info tahun rilisnya. Lagu itu diiklankan sebagai their “latest hit”. Dan, ini yang paling bikin saya penasaran, meski saya tahu itu semestanya fiksi, kita tidak akan pernah tahu versi siapa sebetulnya yang dipasang di komidi putar di novel The Catcher in the Rye itu, dan kenapa Holden Caulfield menyebutnya “funny”?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *