Ritta, Remy, dsb.

Gara-gara seorang kawan dari Malang, Bung Samack, di medsos berbagi foto satu kaset Ritta Rubby Hartland yakni album Wajib Belajar dari koleksi Museum Musik Indonesia, saya jadi teringat sesuatu. Dulu saya selalu membeli kaset-kaset dan piringan hitam Ritta Rubby Hartland (atau setelah berganti nama Ritta Rubby Adiwidjaja) tiap kali menemukannya di lapak musik bekas, bukan lantaran suka tapi lebih ke penasaran, karena saya amat-amati di tracklistnya Ritta Rubby sering memasukkan cover version lagu-lagu Remy Sylado. Rasanya saya harus membelinya agar bisa menyimak interpretasinya atas lagu-lagu tersebut. Beberapa di antaranya, “Jalan Tamblong” dicover Ritta Rubby di album Suara Kecil Dari Panti Asuhan (1983), “Toeti Soemitro” di album Nyanyian Sawah (1982, dengan credit title: “cipt. Dova Zila”, salah satu dari sekian banyak nama samaran Remy Sylado), “Setiap Hari Kita Bikin Hari Minggu” di album come back-nya Nyanyian Koran (1994), dsb, dst. Terlebih setelah saya dan kawan baik saya dari Makassar, Arham, beberapa tahun lalu berkesempatan ngobrol ngalor ngidul dengan Remy di kediamannya di Bandung. Soal siapa saja yang sering mengcover lagu-lagunya selain Doel Sumbang, si munsyi raja mbeling itu berujar, “Yang menurut saya bagus itu Ritta Rubby Hartland.” Di album Wajib Belajar (1984) itu sendiri ada cover version “Serenade”, didendangkan Ritta Rubby berduet dengan Iwan Fals. Informasi soal duet ini tidak muncul di sampul kaset sehingga banyak penggemar Iwan Fals yang melewatkannya saat itu (padahal trik standar marketing kaset zaman dulu: cantumkan judul lagu hits alias ‘best cut’ di sampul, lebih dari satu judul pun tak mengapa). Kini kaset Wajib Belajar banyak diburu kolektor Iwan Fals gara-gara satu lagu tersebut. Begitu juga kaset Ritta Rubby lainnya, Bicara Soal Cinta (1985), di mana Iwan Fals ikut menyumbang dua lagu ciptaannya, “Maaf” dan “Belailah”. Yang menarik, di kaset Wajib Belajar ada juga lagu ciptaan Dede Harris, seorang musisi folk Bandung era 1980an yang piawai bermain gitar pakai tangan kanan dan tangan kiri dengan sama baiknya, yang oleh Iwan Fals diakui sebagai gurunya. Guru bermusik Iwan Fals! Menariknya lagi, masih di kaset yang sama, ada pula lagu ciptaan Iwan Abdulrachman, musisi folk legendaris Bandung lainnya dari era 1970an, yang diakui Dede Harris sebagai gurunya. Dengan demikian ada tiga generasi guru murid di satu album Ritta tersebut: Iwan Abdulrachman, Dede Harris, Iwan Fals. Rasanya seperti mendapati Sokrates, Plato, Aristoteles berkumpul di satu kaset. Hehe. Lagu “Serenade” aslinya termuat di kaset Remy Sylado Company album Serenade Nyanyian Khalayak (Sky Records, 1978). Itu adalah album Remy paling favorit saya, yang juga memuat lagu Remy Sylado paling dahsyat, “Nyanyian Anak Melayu (Perihal Pacarnya Anak Cina)”. Isi lirik dan terutama spoken words-nya (diselipi berbagai bahasa dan diksi mengagetkan) menunjukkan betapa prolific-nya wawasan Remy sebagai pencipta lagu. Untuk urusan spoken words di kancah musik lokal, dia masih belum terkalahkan oleh siapa pun. Ada kenalan di Blok M Square, seorang penjual kaset, CD, vinyl, suatu hari membikin sendiri kaos edisi super terbatas (mungkin hanya 3 eksemplar) memakai desain dari sampul kaset Serenade Nyanyian Khalayak warna oranye itu, yakni gambar monyet nyengir main biola. Saya langsung membelinya saat itu juga, dan sekarang kaos itu sudah tidak lagi muat di perut saya. Remy Sylado Company membawakan lagu “Serenade” dengan bertenaga (amunisi utamanya ada pada suara berat khas Remy yang meliuk-liuk, dan pelafalan huruf ‘R’ yang tegas dan teatrikal), sementara di tangan Ritta Rubby dan Iwan Fals, mungkin atas arahan music director Willy Soemantri, lagunya menjadi lebih lembut, low down, terutama di bagian vokal Iwan, meski suara Ritta tetap dibikin melengking dan mengikuti gaya aslinya, yakni Rieke Adriati si vokal latar versi Remy. Versi syahdu Iwan-Ritta sebenarnya membuktikan bahwa lagu-lagu ciptaan Remy sebenarnya cukup beres secara musikal, meskipun secara lirik memang di luar pakem. Ketika tidak sedang menulis lirik vulgar dan sarkastik, ternyata Remy bisa juga menciptakan lagu “Serenade”, yang larik-lariknya boleh jadi bikin pendengarnya pengen merenung. Begini bunyinya, “‘Ku datang padamu/ ketika anyelir di taman masih dikerudung embun…” Dikerudung embun! Lalu ada kalimat “akulah pangeran atas segala nestapa“, dst., hingga akhirnya disudahi dengan gagah, “…’pabila satu saat umurku dipacu waktu/ merdekalah dari kungkungan mimpi…” Waduh, sebelum makin belok ke mana-mana, karena membicarakan lagu-lagu Remy bisa menghabiskan waktu seharian sendiri, lebih baik distop di sini saja. Silakan simak lewat beberapa tautan di bawah ini.

>> Remy Sylado Company – “Serenade”

>> Ritta Rubby & Iwan Fals – “Serenade”

>> Remy Sylado Company – “Nyanyian Anak Melayu”

RemySyladoCompany_NyanyianKhalayak_kaset

::: Posting-posting terkait, klik di sini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *