Piringan hitam Uang dan Asmara ini lumayan niat untuk ukuran album lawak: double plat! Sepertinya Remaco memang mendukung penuh Kwartet Jaya (yang kali ini mengusung formasi Eddy Sud, Mang Udel, Kris Biantoro), sehingga di menit-menit awal side A album ini sudah langsung terdengar kalimat pembuka nan gagah: “Remaco mempersembahkan..” Karena durasinya cukup panjang hingga dua plat, versi kasetnya (memakai pita C-60) side A dan side B dua-duanya diisi penuh oleh Kwartet Jaya saja, bukan ‘split’ dengan artist lain seperti layaknya kaset-kaset lokal era awal. Materi lawakannya sendiri (di sleeve kasetnya ditandai sebagai ‘comic’, sekaligus untuk membedakannya dengan judul lagu) menurut saya tidak terlalu lucu, cenderung membosankan malah. Banyak kecanggungan di sana-sini yang lumayan bikin nyengir pendengarnya (saya, maksudnya) tapi social commentary di dalam joke-joke wagu itu lumayan kena sasaran. Beberapa lagu justru lebih menarik dengan lirik menggelitik, dan salah satu nomor terdengar cukup asyik lantaran musiknya bernuansa irama padang pasir yang seru; diiringi oleh Band Panca Nada, dengan bintang tamu Deasy Arisandi dan Pattie Bersaudara—dilafalkan para komedian itu sebagai “Pati” dan bukan “Petty”. Menurut seorang kawan, “Pattie” dibacanya memang “pati”, nama keluarga Maluku, seperti layaknya Pattimura. Tapi gara-gara di album ini kata “pati” diucapkan oleh para pelawak berlogat Jawa seperti Eddy dan Kris, saya kok malah terbayangnya kabupaten Pati, kota kecil di pesisir utara Jawa Tengah yang banyak menghasilkan paranormal. Hehe. Ngomong-omong soal formasi bertiga (padahal namanya masih kwartet), ini bukannya tanpa sebab. Semenjak meninggalnya maskot Kwartet Jaya, yakni sang legenda Bing Slamet di akhir 1974, mulailah terjadi perpecahan di grup itu: Ateng dan Iskak memutuskan keluar, dan membentuk grup sendiri. Satu-satunya personel yang tersisa, Eddy Sud, tetap bersikeras mempertahankan nama Kwartet Jaya yang konon sudah terdaftar sebagai PT. Ia kemudian merekrut Kris Biantoro, penyanyi dan MC kondang yang dianggap punya selera humor oke. Eddy Sud juga menggandeng pelawak senior Mang Udel (alias drs. Purnomo, sarjana biologi) yang kala itu sudah berusia di atas 50 tahun, untuk menulis skrip materi lawak mereka dalam format baru, sebagai (((trio Kwartet Jaya))).
Kwartet Jaya
Leave a reply