Tadi sore digging dan melihat plat ini teronggok tanpa sampul. Saya nggak ambil karena sepertinya saya pernah punya, meskipun sekarang sudah lupa ditaruh di mana. Track “Mr. Ompong” di permulaan side B dari debut album Madesya Group rilisan circa 1974 ini pada dasarnya adalah daur ulang dari lagu “Si Ompong”-nya Ariesta Birawa circa 1973. Pencipta lagu tersebut, Udin Syach, atau Oedin Syach alias Syahbuddin, dulunya memang personel Ariesta Birawa era formasi trio, berpose ikonik di sampul ijo muda album yang sekarang overpriced-nya nyebelin banget. Setahun kemudian dia menyumbang huruf “S” pada nama MADESYA, sebuah pop group yang namanya dicomot dari huruf depan nama-nama personelnya. May Sumarna—sang frontman, tentu saja namanya ditaruh paling depan—konon lebih suka memaknai “Madesya” sebagai “Maju Dengan Syarat.” Boleh, boleh. Di kuping saya, “Mr. Ompong” adalah tafsiran kurang kerjaan atas sebuah lagu yang sebenarnya sudah kurang kerjaan banget dari sononya. “Si Ompong” bisa jadi memang nonsens belaka liriknya, sekadar guyon fisik atau malah penghormatan Ariesta Birawa atas status gigi seri si tetangga mereka yang notabene adalah penjual sayur di pasar, tapi skill/chemistry/strategi artistik atau apalah itu dari Madesya Group tampaknya tidak cukup mumpuni untuk sekadar meniru (apalagi menginterpretasi lebih lanjut) aura-aura quirky di lagu aslinya, terutama atraksi solo setelah refrain pertama: sedikit trippy dengan beat-beat purba dalam layer-layer garage rock yang ragu-ragu, membawakan melodi yang sebenernya Indonesia banget—bayangkan kalau Santana musti nongkrong di Cipete dan menafsirkan lagu-lagu Koes Plus di shift-shift sisa Dick Tamimi. Di versi Madesya ini yang tertinggal hanyalah “Indonesia banget”-nya, alias Pop Melayu doang tanpa gaya, padahal judulnya sudah diganti pakai “Mister”. Mungkin itu konsekuensi logis dari pilihan estetik yang dengan sadar sesadar-sadarnya menjajal peruntungan di ranah musik komersial. Sisi-sisi eksploratif yang tengil sekaligus naif dari “Si Ompong” seperti lenyap tak berbekas, ompong dalam arti sesungguhnya, ditelan debu-debu pop. Sayang sekali.
Sebagai perbandingan dan supaya lebih tergambar apa yang saya maksudkan, lagu “Si Ompong” versi asli Ariesta Birawa bisa Anda kagumi di tautan ini.