Kira-kira seminggu yang lalu tapi 85 tahun silam, pesawat Qantas dari Singapore yang ditumpangi Chaplin mendarat di bandara Tjililitan, Batavia. Kebetulan saya nemu foto Paulette Goddard di koran berbahasa Belanda yang terbit kala itu, posenya lagi nyeruput kopi di bandara. Wartawan bertanya apakah ini memang kebiasaan mereka, plesiran setelah kelar bikin film? Chaplin menjawab, “The older we get, the more vacation we need.” Ketika itu akhir Maret 1936, film terbaru Chaplin, Modern Times, sudah diputar di mana-mana, dicekal di Jerman, tapi belum sampai Dutch East Indies. Saya telusuri film itu baru diputar di bioskop Elita, Bandung, pada Juni 1936. Sementara di Batavia malah baru sebulan setelahnya, Juli 1936. Sekitar era itu, tahun persisnya belum diketahui, muncul plat gramofon rilisan Populair milik Yo Kim Tjan, lagu “Extra Nona Siapa” dinyanyikan Siti Moedjenah—musiknya mirip sekali lagu Chaplin di film Modern Times (1936) yakni adegan The Tramp musti bernyanyi untuk pengunjung restoran. Kita tahu musik di situ dicomot Chaplin dari sebuah lagu lawas Prancis tahun 1917, tapi karena tahun rilis plat Populair itu belum jelas kapan, sebelum atau sesudah 1936, pertanyaannya adalah: ketika Siti Moedjenah melagukan itu, apakah dia mengikuti versi Prancis 1917, atau meniru versi Chaplin di film 1936? Plat lagu Prancis itu memang sampai juga ke Dutch East Indies; setidaknya toko musik di Padang pernah mengiklankannya di sebuah majalah terbitan 1928 bersama plat-plat Miss Riboet. Tidak banyak info soal info Siti Moedjenah, selain bahwa dia adalah pemenang (atau istilah saat itu ‘kampioen’, bahasa Belanda) di ajang Krontjong-concours Pasar Gambir 1932. Kontes musik keroncong tahunan ini kita tahu memang populer sekali di masa itu, begitu pula kampioen-kampioennya. Di novel Belenggoe karangan Armijn Pane (1940) ada bagian Jah khawatir karena Tono diminta komité Pasar Gambir untuk “toeroet mendjadi jury krontjong-concours” yang akan datang. “Akoe tjemboeroe, Tono,” ujar Jah, “kalaoe kaoelihat dia nanti… kaoe soedah lama soeka akan soearanja nanti soeka djoega akan orangnja.” Setelah bertahun-tahun dari pertama kali saya tergerak menelusuri plat Siti Moedjenah ini, kemarin akhirnya saya menemukan foto dia, justru di buku katalog plat-plat gramofon His Master’s Voice—lagi-lagi tanpa tahun rilis; katalog Odeon malah lebih rapih, tercantum di sampul depannya info bulan dan tahun terbit katalog-katalog itu. Foto Miss Siti Moedjenah muncul bersama crooner-crooner kenamaan lainnya dari era yang sama, seperti Miss Jacoba, Miss Tarminah, Miss Soepiah, dan juga S. Abdullah (di mana plat “Mata Setan”-nya konon menarik minat Chaplin di Amerika, sehingga saat Chaplin plesir ke Dutch East Indies dia sampai mencari S. Abdullah segala, pengen ketemu langsung orangnya), dsb., dst. Dugaan saya sementara masih sama: Miss Moedjenah lebih mengikuti versi Prancis 1917, dan plat “Extra Nona Siapa” itu dirilis tak jauh dari kemenangannya di Pasar Gambir 1932, artinya sebelum ada film Modern Times.
Miss Moedjenah (updated)
Leave a reply