“Hari Ini Hari Milikku..”

Setiap kali mendengar lagu “Mentari”, atau bahkan membaca judulnya saja, ingatan saya langsung meluncur deras ke masa-masa ospek masuk ITB di tahun reformasi. Sebagai mahasiswa baru, kami dicekoki panitia dengan lagu “Mentari” (dan juga lagu “We Shall Overcome”, versi Joan Baez), diajari untuk menyanyikannya bareng-bareng bersama ratusan mahasiswa baru lainnya. Dalam waktu singkat kami langsung bisa menguasai nada dan liriknya, yang memang mudah sekaligus indah. Air mata sesekali berlinang di pipi—saya melirik teman-teman senasib sepenanggungan ternyata banyak juga yang diam-diam ikut sesenggukan—mungkin karena terbawa emosi antara serunya berkerumun, rasa haru dan heroik (euforia reformasi?) sekaligus bercampur jengkel dan capek gara-gara disuruh push-up melulu. Seorang panitia ospek yang belagu dan sok tahu berkoar-koar lewat toa megaphone dengan nada bangga lebay yang susah dipahami, “Kalian tahu nggak, lagu ini tentang Bung Karno! Melawan ketertindasan! Camkan itu!” Mungkin briefing di antara panita tidak betul-betul lengkap, karena kalimat pertama masih harus diperiksa lagi kebenarannya, meski kalimat keduanya memang betul. (Sementara kalimat ketiga, itu murni perintah, maklum ospek :p) “Mentari” memang soal perlawanan, lagu protes yang sangat subtil dan mendalam. Ketika ratusan mahasiswa dibagi-bagi menjadi kelompok-kelompok, saya ingat kelompok saya disuruh berbaris konvoi ke jalan, melewati Dipati Ukur. Di depan salah satu kampus UNPAD itu, kami dibisiki (atau lebih tepatnya, dipaksa) untuk menyanyikan lagu ejekan yang sepertinya sudah menjadi lelucon klasik bagi mereka, “..U.N.P.A.D. B.U.T.U.T…”, diulang-ulang. Konyol betul aksi itu, sebuah arogansi yang tak perlu. Saya sih nggak mau ikutan nyanyi. OK, bisa jadi yang memprovokasi hanyalah segelintir panitia, tapi ada satu hal yang langsung terang benderang di benak saya kala itu: mereka pasti tidak tahu bahwa lagu “Mentari” yang mereka agung-agungkan itu ciptaan Iwan Abdulrachman, yang jelas-jelas anak UNPAD! Di era 1960an-1970an, Fakultas Pertanian UNPAD terkenal cukup gaul di Bandung karena banyak mahasiswanya yang malah menekuni dunia seni ketimbang mendalami ilmu bercocok tanam, dan melahirkan nama-nama besar di industri musik Indonesia, seperti Benny Soebardja (Shark Move, Giant Step) dan Abah Iwan tadi itu. Lagu ejekan itu, konon dimodifikasi dari Mars/Hymne UNPAD (yang mana juga adalah ciptaan Abah Iwan, tolong dikoreksi jika salah), terus-terusan dikumandangkan di depan kampus Dipati Ukur tanpa ada gelagat bakal berhenti. Seorang panitia sambil ketawa-ketiwi di belakang barisan memprovokasi kami agar terus bernyanyi. Saking kesalnya saya pun nekat berteriak ke panitia, “Kami disuruh menghapal lagu “Mentari” tapi sekaligus disuruh bernyanyi mengejek UNPAD. Apa panitia tidak tahu kalau lagu “Mentari” ini ciptaan anak UNPAD?” Beberapa panitia tampak kaget, dan terlihat jelas usaha keras mereka untuk tetap jaga wibawa. Saya diseret keluar dari barisan, lalu dihukum push-up lebih banyak. Brengsek memang, tapi rasa puas membongkar kengawuran itu.. priceless!

* * *

Lagu “Mentari” ada di album Mentari dari Kalikausar, band bentukan Iwan Abdulrachman setelah berpisah dengan Bimbo, dalam format kaset rilisan Whisnu Records, late ’70s early ’80s. Pada 2006 lagu legendaris itu direkam ulang dengan aransemen baru, dan muncul dalam dua versi (salah satunya akustik) di album solo Iwan Abdulrachman yang juga dijuduli Mentari, semacam kumpulan rekam-ulang greatest hits ciptaan Abah Iwan, dirilis dalam format kaset dan CD. Versi baru yang lebih sederhana itu masih tidak bisa mengalahkan keindahan versi aslinya, yang melibatkan sedikit choir pada aransemennya. Herry Sutresna di blognya pernah menyebut “Mentari” sebagai lagu protes terbaik yang pernah ada. Berikut ini lagu “Mentari” versi lama Kalikausar, saya ambil dari koleksi piringan hitam saya (tanpa cover, side A berisi lagu-lagu Kalikausar, side B berisi lagu-lagu dari band lain):

MentariKalikausar12'

4 thoughts on ““Hari Ini Hari Milikku..”

  1. herry

    Waktu OSKM ITB 2003 Abah Iwan sempet jadi bintang tamu memainkan “Mentari” di atas panggung di atas kolam Indonesia Tenggelam. Sungguh lagu yg mengharukan sekaligus rebel. Pelantikan di himpunan pun kakak kakak senior kompak paduan suara pakai lagu ini. Aduh, jadi kangen Ganesha. Kangen Bandung.

    >>> Kalau jaman saya, OSKM’98, bintang tamu utama di malam penutupannya adalah Harry Roesli. Tapi saya malah nggak gitu inget karena ketika dia manggung, saya ketiduran gara-gara kecapekan, di antara kerumunan mahasiwa baru yg disuruh duduk berbaris di lapangan basket, dengan lampu-lampu dimatikan. Suasana temaram syahdu. Jadinya ya malah ngantuk, hehe. [BW]

    Reply
  2. Herdy

    wah, anda berhasil membuat sy terhanyut ke kenangan 11 tahun yang lalu…
    lagu yg masih terngiang2 sampe sekarang…

    >>> Berarti OSKM 2003? Ternyata lagu itu masih dipakai terus ya. [BW]

    Reply

Leave a Reply to Herdy Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *